Sabtu, 2 November 2019
Pdt. Dan W. Peterson
Bacaan : 2 Raja-raja 4 : 1 – 7
Dalam injil Yohanes kita dapat melihat bagaimana perjalanan hidup Yesus selama di muka bumi. Ada banyak orang yang mengikut Yesus karena mereka melihat mujizat-mujizat luar biasa yang dikerjakan-Nya (Yoh. 1-6). Kemudian Yesus mulai memberitakan mengenai tujuan kedatangan-Nya ke bumi, yaitu untuk mati di kayu salib. Tetapi orang-orang itu tidak mengerti maksud pemberitaan Yesus sehingga banyak dari mereka yang akhirnya meninggalkan Yesus.
Dalam keadaan tersebut, Yesus menjadi semakin dekat dengan murid-murid-Nya dan Ia menceritakan segala hal mengenai penderitaan yang harus Ia alami hingga mati di kayu salib. Dalam Yoh. 14, Yesus memperingatkan murid-murid-Nya untuk tidak gelisah karena Ia telah menyediakan rumah di sorga, sehingga kelak kita bisa bersama-sama dengan-Nya di sana. Dalam Yoh. 16:33 Yesus juga mengingatkan murid-murid bahwa dalam perjalanan hidup mereka tidak semuanya gampang, tetapi apapun masalah yang terjadi kuatkanlah hati, jangan takut karena Ia telah mengalahkan dunia. Jadi pesannya bagi kita, apapun masalah yang kita alami, Yesus selalu memberi kemenangan.
Allah bertindak pada waktu kita sudah tidak memiliki kesempatan dan bahkan dalam keadaan putus asa. Seperti bangsa Israel yang menjerit kepada Allah pada saat mereka menderita karena diperhamba oleh Mesir, dan pada saat itulah Allah mengangkat Musa untuk membawa Israel keluar dari Mesir (Kel. 2). Selama kita hidup di bumi akan selalu ada potensi bagi kita untuk mengalami kesusahan. Tetapi ada perbedaan antara orang yang percaya kepada Tuhan dan tidak. Orang percaya sanggup mengandalkan pertolongan Tuhan dalam kesusahan, tetapi orang yang tidak percaya tidak memiliki sumber pertolongan dan akan kehabisan akal sehingga menjadikan masalah itu beban yang berat bagi dirinya.
Dalam 2 Raj. 4:1-7 kita dapat melihat kisah mengenai Elisa dan seorang janda. Pada jaman Elia dan Elisa ada sekolah untuk para nabi. Suami dari janda ini adalah seorang murid dari sekolah ini dan untuk dapat masuk ke sekolah ini mereka harus meminjam sejumlah uang. Tetapi pada akhirnya suaminya meninggal dan janda ini dikejar-kejar oleh penagih hutang. Janda ini dalam kondisi putus asa datang kepada Elisa untuk mengadukan masalahnya (ayat 1). Elisa menjawab janda ini dengan bertanya apa yang ia punya di rumah, dan janda ini menjawab di rumah hanya ada buli-buli berisi minyak (ayat 2). Elisa meminta kepada janda ini untuk memberitahukan apa yang ia miliki, bukan apa yang tidak ia miliki.
Demikian juga Allah, Ia tidak pernah meminta apa yang tidak ada pada kita. Dan apa yang disampaikan oleh janda ini menunjukkan bahwa ia tidak memiliki sesuatu yang merupakan jawaban. Seringkali kita juga seperti janda ini, merasa bahwa tidak ada cukup potensi untuk Allah dapat menyelesaikan masalah kita. Di ayat 3 kita melihat bahwa Elisa meminta janda ini untuk meminjam bejana-bejana kosong. Bejana berbicara tentang kapasitas kita sebagai manusia yang sangat terbatas. Kemudian di ayat 4 Elisa meminta janda itu untuk menuangkan minyak dalam buli-buli ke bejana-bejana kosong tersebut sampai penuh. Minyak dalam buli-buli berbicara tentang kapasitas Allah yang tidak terbatas. Allah selalu dapat menjawab segala kebutuhan hidup kita. Di ayat 5-6 kita melihat bahwa bejana-bejana itu dibawa dekat dengan buli-buli minyak ketika dituang. Jika kita ingin menerima pertolongan, maka kita harus mendekat kepada Allah sumber pertolongan itu.
Dalam Yoh. 2 kita dapat melihat mujizat yang dilakukan Yesus di perkawinan di Kana. Ibu Yesus berkata kepada para pelayan untuk melakukan apa yang dikatakan Yesus, dan Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu untuk mengisi tempayan-tempayan penuh dengan air. Maka terjadilah mujizat air menjadi anggur yang paling enak. Dalam Luk. 5 kita dapat melihat kisah Petrus yang menangkap banyak sekali ikan karena ia taat kepada perintah Yesus. Apa yang dikatakan oleh Yesus selalu menghasilkan mujizat yang dahsyat.
Dalam Mat. 14 kita melihat Yesus sedang berduka karena kematian Yohanes Pembaptis. Ia pergi ke tempat yang sunyi untuk mengasingkan diri, tetapi ketika Ia melihat orang banyak maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan. Ia meminta kepada murid-murid-Nya untuk membawa makanan yang ada pada mereka, lalu mengucapkan berkat sehingga lebih dari 5000 orang bisa makan sampai kenyang. Yesus suka mendekat kepada orang-orang yang memerlukan pertolongan. Yesus tidak meminta yang tidak kita miliki, tetapi Ia mengundang kita untuk membawa apa yang tersisa dalam kehidupan kita. Karena dari keterbatasan kitalah maka mujizat Allah dapat memberikan lebih dari cukup. Amin. (LC)