HADIRAT TUHAN

Pdt. Yeremia Gunawan (Rengel)

Sabtu, 12 Oktober 2019

Banyak orang Kristen meminta hadirat Tuhan tetapi tidak menyadari bahwa ada hadirat Tuhan di sana. Ketika Tuhan memberi tempat-Nya untuk manusia, tidak ada batasan untuk itu, tetapi manusia yang membuat batasan sendiri. Dalam kitab Kejadian dituliskan bahwa Tuhan menghampiri manusia setiap hari. Tuhan mencari persekutuan dengan manusia di Taman Eden, bukan sebaliknya. Tuhan menghampiri kita, dan kita manusia dibebaskan untuk masuk dalam hadirat-Nya. Tetapi kita manusia memberi batasan untuk menikmati hadirat Tuhan karena ketidakpercayaan.

Kis. 17:26-28 berkata “Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menetukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka, supaya mereka mencari Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing. Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga.”

Dalam ayat di atas dikatakan bahwa setiap musim diberikan dalam hidup kita supaya kita mencari Tuhan, dan ada kata “mudah-mudahan” yang berarti kita sendiri yang menjadi kunci. Maksudnya adalah kalau manusia mencari dengan sungguh hati, maka dia akan mendapatkan hadirat Tuhan itu. Masalah yang utama adalah banyak orang yang kurang sungguh-sungguh mencari Allah dalam hidupnya. Selain itu mereka juga tidak sadar bahwa Allah ada di mana-mana. Daud mengatakan dalam Mazmur 139 bahwa di mana pun Tuhan itu ada.

Seringkali manusia terlalu fokus pada masalah mereka, sehingga tidak menyadari bahwa Tuhan menolong. Manusia melihat masalah mereka terlalu besar, lebih besar dari hadirat Tuhan yang ada, sehingga merasa hampa saat mencari Tuhan dan sebagainya. Padahal di dalam Alkitab sudah sering disebutkan bahwa hadirat Tuhan adalah hal yang dahsyat. Ketika hadirat Tuhan ada, maka sakit penyakit hilang, kesembuhan terjadi, kekurangan menjadi kelimpahan, hal yang sulit menjadi mudah, dan hati yang keras diubahkan. Kita harus menyadari mulai sekarang bahwa ketika ada hadirat Tuhan, tidak ada yang mustahil.

Dari Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru diceritakan bahwa saat ada hadirat Tuhan, maka di situ selalu ada jalan keluar, semua permasalahan manusia terselesaikan, dan keadaan menjadi lebih damai sekalipun ajal menjemput. Kita lihat dalam Perjanjian Lama, ketika Simson bertobat sebelum ia mati, maka kemenangannya pada hari kematiannya itu jauh lebih besar daripada semasa hidupnya. Contoh lain yaitu Stefanus, ketika dia dirajam batu hingga mati, langit terbuka, Stefanus melihat hal itu dan kedamaian ada bersama dengannya. Segala ketakutan digantikan dengan damai sejahtera saat ada hadirat Tuhan. Begitu juga saat Maria berjumpa dengan malaikat Tuhan, ketakutan digantikan dengan penyerahan total karena hadirat Tuhan yang menguasai.

Di dalam Alkitab ada cerita mengenai keluarga yang menghormati hadirat Tuhan dan yang tidak menghormati hadirat Tuhan. Dalam 1 Samuel dan 2 Samuel,  saat tabut Tuhan ada di rumah Abinadab, 20 tahun tidak terjadi hal yang signifikan. Dan yang lebih parah adalah Uza, anak Abinadab, mati karena tidak menghormati tabut Allah. Tetapi ketika tabut Allah ada di rumah Obed Edom, hanya dalam kurun waktu 3 bulan saja, ia dan keluarganya diberkati luar biasa. Memelihara hadirat Tuhan bukanlah hal yang mudah, tetapi ketika kita mau memelihara hadirat-Nya maka hal itu akan mendatangkan berkat yang luar biasa.

Dalam 1 Taw. 29:4 dikatakan bahwa Daud tidak perhitungan dalam menyediakan bahan bagi pembangunan bait Allah. Ia memberikan 3000 talenta emas, belum lagi perak dan permata. Dia tidak takut kehilangan harta sebesar itu untuk Tuhan. Tetapi saat ia jatuh dalam dosa, di dalam Mazmur disebutkan bahwa Daud sangat ketakutan kehilangan hadirat Tuhan. Hendaknya kita sebagai orang-orang Kristen juga takut kehilangan hadirat Tuhan dan jangan berkompromi dengan dunia. Percayalah ketika hadirat Tuhan ada di dalam kita, maka saat kita berada dalam lembah kekelaman, bahkan dalam bayang-bayang maut sekalipun, gada dan tongkat Tuhanlah yang akan menjadi penghiburan kita.

Banyak orang yang menjadi kecewa sehingga mereka tidak mau lagi menarik hadirat Tuhan. Belajar dari kesalahan, itulah yang dikehendaki Tuhan. Tuhan selalu memberi kesempatan untuk kita datang kembali kepadanya, untuk kembali menikmati hadirat Tuhan. Kesalahan adalah hal yang wajar dalam kehidupan, Tuhan akan selalu memberi kita kesempatan untuk datang ke hadirat-Nya. (MT)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *