MENANTI DI DALAM IMAN

Pdt. Franklin Lumoindong (Sidoarjo)

Minggu Pagi, 27 Oktober 2019

Pada tahun ketiga pemerintahan Koresh, raja orang Persia, suatu firman dinyatakan kepada Daniel yang diberi nama Beltsazar; firman itu benar dan mengenai kesusahan yang besar. Maka dicamkannyalah firman itu dan diperhatikannyalah penglihatan itu. Daniel 10:1

Kalimat “firman itu benar dan mengenai kesusahan yang besar” dalam terjemahan lain dikatakan: The message [was] true, but the appointed time [was] long” , yang artinya firman itu benar namun waktu yang ditentukan atau penggenapannya lama. Di pasal sebelumnya, Daniel menerima nubuatan atau janji besar dari Allah untuk bangsa Israel melalui firman-Nya, sebab saat itu bangsa Israel telah ditawan oleh bangsa Babilonia selama 70 tahun. Lewat firman-Nya Tuhan merancangkan pemulihan bagi bangsa Israel. Mereka akan dipulangkan kembali ke Palestina dan kemudian merestorasi Bait Allah yang sudah dihancurkan.

Tetapi ternyata waktu penggenapan janji itu lama. Daniel jelas menerima visi dan firman yang benar, tetapi dalam kenyataannya penggenapannya tidak segera terjadi. Kadang saat kita berdoa, membaca Firman, kita mendapat janji Tuhan. Tetapi kita menunggu janji itu sekian lamanya, bahkan bisa sampai bertahun-tahun, dan janji itu belum terwujud juga. Kita lalu berpikir, Tuhan bekerjanya lama sekali, sehingga tidak jarang kita menjadi kecewa dan menyerah, bahkan tidak lagi berdoa untuk janji itu. 

Apa yang dilakukan Daniel selama menunggu penggenapan? Ia mengambil waktu berdoa dan berpuasa 21 hari sampai rencana Tuhan yang sudah dijanjikan betul-betul terwujud. Daniel melakukan peperangan rohani agar janji itu tergenapi. Dalam masa penantian kita harus seperti Daniel. Jangan pasif, tetapi ambil waktu untuk tekun berdoa. Kadang kita meragukan efektivitas doa yang kita naikkan hingga muncul pertanyaan apakah doa orang benar masih besar kuasanya? Biarlah kita terus bertahan dan menyadari peran doa sehingga apa yang dijanjikan Tuhan akan terwujud seperti yang dialami Daniel.

Kita tidak bisa memaksa Tuhan mewujudkan secepat mungkin, karena waktu Tuhan bukan waktu kita. Berapa banyak orang yang terbelenggu oleh Babel atau rumah rohaninya hancur berantakan? Rindukan pemulihan itu terjadi dalam hidup kita, keluarga, pekerjaan, dan pelayanan kita! Tetap pegang janji Tuhan. Jangan menyerah dan putus asa seperti Daniel, yang terus berdoa hingga kepulangan dan restorasi terjadi. 

Dalam masa kita menanti janji Tuhan digenapi kita perlu iman. Iman harus menjadi bagian dalam kehidupan orang percaya. Iman dibutuhkan untuk menopang saat kita mengalami pergumulan hidup. Ada empat iman yang dapat kita pelajari saat ini, yaitu:

1. Iman yang berkenan kepada Allah (Ibr. 11:6)

Iman yang berkenan kepada Allah adalah iman yang “percaya Allah ada dan memberi upah kepada yang sungguh-sungguh mencari Dia”. Dalam pasal ini ada empat tokoh iman (dari sekitar 16 yang disebut), yang bertahan dengan iman yang teguh hingga menerima janji Tuhan, yaitu:

– Nuh

Nuh mendapat firman Tuhan bahwa akan datang hujan dan air bah, dan ia harus membangun bahtera. Pada masa itu hujan belum pernah turun dan Tuhan tidak memberitahu Nuh kapan hujan akan turun. Selama 120 tahun ia menanti janji Tuhan dan menghadapi ejekan dari orang-orang di sekitarnya. Bertahun-tahun lamanya Nuh membangun bahtera dengan iman, hingga 120 tahun kemudian air bah benar-benar datang dan memusnahkan seluruh bumi, kecuali Nuh, istri, anak-anak dan menantunya, serta seluruh hewan yang ada dalam bahtera. Jika mungkin Nuh menyerah, diapun akan ikut hancur dalam air bah.

– Abraham & Sara

Abraham menerima janji Tuhan saat usianya 75 tahun, bahwa keturunannya akan sebanyak bintang di langit dan pasir di laut. Tetapi janji itu baru digenapi saat usianya 100 tahun dan Sara 75 tahun. Dalam perhitungan manusia, hal itu mustahil terjadi, tidak mungkin Sara bisa mempunyai anak. Dalam penantian, mereka menyerah juga, mengambil jalan pintas sehingga lahirlah Ismael. Namun walaupun bagi manusia terlambat, bagi Tuhan tidak ada kata terlambat dan janji Tuhan digenapi dalam hidup mereka.

  • Musa (Ibr. 11:27)

Allah memanggil Musa waktu di padang gurun dalam bentuk belukar menyala dan mengutusnya menghadap Firaun. Beberapa kali Musa berhadapan dengan Firaun supaya melepaskan bangsa Israel yang dijajah 400 tahun. Hingga tulah ke-10 barulah Firaun menyerah membiarkan bangsa Israel keluar, namun dikejarnya juga, walau pada akhirnya Firaun dan pasukannya mati di laut. Dalam hal ini Musa tetap bertahan, berkali-kali berhadapan dengan Firaun yang keras hati.  

Iman yang berkenan adalah percaya bahwa Allah ada dan memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. Tuhan tidak selalu menjawab dengan cepat untuk menguji iman kita apakah kita sungguh-sungguh mencari Dia. Yang dicari adalah Tuhan dan persekutuan dengan Tuhan, bukan hasil doanya. Masuklah dalam penyembahan dan persekutuan dengan Tuhan, maka kita akan mendapat upah yaitu jawaban atas doa. Carilah Dia yang berjanji dan beristirahatlah di kaki-Nya. Jika kita hanya mencari berkat-Nya saja, maka kita akan capek menanti berkat yang tak kunjung datang.

2. Iman Elia (Yak. 5:16b-18)

Kita semua orang percaya adalah orang benar karena sudah dikuduskan walaupun belum sempurna. Elia hidup pada jaman pemerintahan raja Ahab dan istrinya, Izebel, yang jahat dan membuat penyembahan berhala masuk ke Israel. Waktu itu langit berwarna seperti tembaga karena dosa yang besar. Elia berdoa dengan bersemangat, efektif dan sungguh-sungguh sehingga mematahkan kekeringan selama 3,5 tahun yang dialami bangsa Israel. Jangan meremehkan doa orang benar, sebab doa yang dinaikkan sungguh-sungguh dapat membawa perubahan besar.

3. Iman yang minta ditambahkan (Mrk. 9:23-24)

Kisah ini menceritakan seorang bapa yang frustasi menyembuhkan anaknya yang kerasukan setan, hingga sepertinya meragukan apakah Yesus bisa menyembuhkan. Yesus tidak senang mendengarnya karena tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Tetapi Tuhan mau menolong karena Tuhan mengerti pergumulan, ketakutan, keraguan kita, serta iman kita yang kecil ini. Iman kita bukan dari kita sendiri tetapi datangnya dari Tuhan dan firman Tuhan, sebab itu mintalah Tuhan menambahkan iman percaya kita kepada-Nya.

4. Iman yang tidak membiarkan diri menjadi lemah (Gal. 6:9)

Janganlah jemu berbuat baik, mengasihi musuh dan mendoakan orang yang menyakiti kita. Kita perlu iman yang kuat dan hati yang besar untuk terus berbuat baik. Jangan lemah karena apabila sudah tiba waktunya, kita akan menuai di ujung sana. Orang yang menabur dengan mencucurkan air mata akan menuai dengan sorai sorai, apabila kita tidak menjadi lemah.
Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita (1 Kor. 15:57). Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya (2 Kor. 2:14a). Mari nantikan janji kemenangan itu digenapi dalam hidup kita dengan senantiasa mengembangkan sayap iman kita! (LL)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *