Mengapa Harus Kuk

Pdt. Jefri Wungouw

Sabtu, 21 September 2019

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan. Matius 11:28-30

Ayat ini berisi undangan terbuka dari Tuhan Yesus kepada semua manusia yang telah payah menanggung beban dosa. Beban dosa adalah beban yang sama sekali tidak dapat ditanggung oleh manusia, serta membinasakan manusia. Hanya Yesus yang sanggup memikul dan menyelesaikan semua beban dosa manusia itu di atas kayu salib, oleh sebab itu Ia sanggup memberi kita, yang datang kepada-Nya, kelegaan dan kelepasan dari beban dosa itu.

Namun, setelah Dia membebaskan kita dari beban dosa, kita tidak benar-benar dibebaskan dari beban. Tuhan Yesus memberikan kita “beban yang lain” yaitu “kuk” (Ing.yoke). Kuk adalah sepotong kayu yang ditaruh di atas tengkuk sapi, kerbau, kuda atau keledai yang terhubung dengan bajak, pedati atau kereta. Selain kuk juga ada “tali kekang” atau “tali les” yang biasanya dimasukkan ke dalam hidung binatang atau berupa besi bergerigi yang dipasang pada bagian mulut yang terhubung dengan tali.

“Kuk” (dan “tali les”) sebagai beban yang baru bagi kita adalah kiasan yang menunjuk pada intervensi (campur tangan) Allah untuk mengarahkan kita pada jalan-jalan atau tujuan yang dikehendaki Allah. Mengapa? Karena pada kenyataannya, sekalipun kita telah percaya kepada Tuhan Yesus, setiap hari kita masih bisa mengambil keputusan (arah) yang salah dan berdosa, yang di dorong oleh kedagingan kita.

Ada beberapa tokoh yang dapat kita pelajari berkenaan dengan hal ini:

  1. Nabi Yunus

Yunus adalah seorang yang mengaku takut akan Tuhan (Yun. 1:9), tetapi di saat yang sama dia sedang mengambil jalan dan arah yang bertentangan dengan firman Allah (Yun. 1:2-3). Allah yang mengasihinya tidak membiarkannya, Allah menaruh “kuk-Nya” yaitu angin badai dan ikan besar untuk mengarahkan Yunus ke Niniwe seperti yang dikehendaki Allah. Masih banyak anak Tuhan seperti Yunus, yang melakukan hal yang terbalik dari apa yang difirmankan Tuhan tepat seperti gambaran dalam Yeremia 12:13, ”menabur gandum, tetapi yang dituai adalah semak duri”. 

  1. Nabi Musa

Musa adalah seorang yang awalnya menolak dengan keras panggilan Tuhan untuk membebaskan Israel dari Mesir (Kel. 3-4:17). Setidaknya empat kali dia berbantah-bantah dan menolak panggilan itu dengan berbagai alasan. Musa akhirnya tunduk setelah murka Tuhan bangkit kepadanya. Tuhan perlu menunjukkan murka-Nya (inilah “kuk” dan “tali les”) karena Musa tidak cukup lembut hati untuk menundukkan diri kepada firman Tuhan.

  1. Nabi Yeremia

Ia pernah mencoba menahan mulutnya untuk tidak menyampaikan firman Tuhan bagi bangsa Israel. Tetapi muncul sesuatu seperti api yang terkurung dalam tulang-tulangnya yang tidak mampu ditahan oleh Yeremia. Inilah “kuk” Tuhan untuk Yeremia.

Jadi, mengapa Allah perlu memasang “kuk” untuk kita anak-anaknya?

1. Karena hanya dengan “kuk” itu kita menyerah dan mengikuti pilihan, arah dan tujuan yang ditetapkan Allah bagi kita.

Ingat Ams. 14:12, “Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut.” Allah perlu memberi kita “kuk” karena Allah tidak mau membiarkan kita berjalan sekehendak hati kita yang berujung pada kebinasaan.

2. “Kuk” Tuhan secara perlahan menghancurkan kekerasan hati dan melembutkan hati kita.

Ingat Musa yang awalnya begitu keras hati namun di kemudian hari Alkitab memberi kesaksian bahwa Musa adalah orang yang paling lemah lembut dari semua orang di atas muka bumi (Bil. 12:3). Dengan “kuk” Tuhan berhasil melembutkan hati manusia yang paling keras sekalipun. Seorang yang hatinya lembut akan berkata seperti Maria,”Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk. 1:38). 

Saudara-saudara bersyukurlah untuk setiap “kuk” yang dibebankan Tuhan atas setiap kehidupan kita, karena “kuk” itu adalah wujud kasih Allah yang menjaga kita pada jalan menuju kemuliaan kekal. Persungutan hanya akan membuat beban itu terasa makin berat. Ijinkan Tuhan melembutkan hati kita sehingga kita memiliki kepekaan dan selalu berkata “ya” terhadap firman Tuhan. Amin. (JW)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *