Pernikahan Adalah Sebuah Perjanjian (Covenant)

Pdt. Ishak Tulus

Sabtu, 14 September 2019

Oleh sebab Tuhan telah menjadi saksi antara engkau dan isteri masa mudamu yang kepadanya engkau telah tidak setia, padahal dialah teman sekutumu dan isteri seperjanjianmu. Bukankah Allah yang Esa menjadikan mereka daging dan roh? Dan apakah yang dikehendaki kesatuan itu? Keturunan ilahi! Jadi jagalah dirimu! Dan janganlah orang tidak setia terhadap isteri dari masa mudanya. Sebab Aku membenci perceraian, firman Tuhan, Allah Israel – juga orang yang menutupi pakaiannya dengan kekerasan, firman Tuhan semesta alam. Maka jagalah dirimu dan janganlah berkhianat! Maleakhi 2:14-16

Menurut ayat ini pernikahan adalah sebuah perjanjian kepada Allah juga pasangan, yaitu sebuah perjanjian segitiga antara Allah, suami, dan istri. Pernikahan adalah sebuah perjanjian yang dimeteraikan oleh kuasa nama-Nya dan tidak bisa dibatalkan oleh siapapun dengan cara apapun. Visi Tuhan dalam pernikahan adalah melahirkan keturunan ilahi (ayat 15). Bagaimana supaya pernikahan bisa melahirkan keturunan ilahi? Seorang pria dan wanita harus memiliki karakter ilahi! Ketika keduanya memiliki karakter ilahi, mereka pasti akan melahirkan anak-anak ilahi.

Tiga isi perjanjian pernikahan:

  1. Tanpa perceraian

Sehebat apapun anda bertengkar, jangan pernah keluarkan kata “cerai”. Menikah tidak boleh cerai, jadi jangan menikah sembarangan. Jika menikah sembarangan, jangan kaget jika hasilnya juga sembarangan. Persiapkan baik-baik. Ketika gaun pengantin sudah digantung, perjuangan dalam pernikahan dimulai. Belajarlah terbuka satu sama lain, karena anda berdua akan berjalan seumur hidup.

Hasil survei pernikahan tahun 2015 dari 8.880 pasang adalah sebagai berikut: 10% bahagia, 80% api dalam sekam, dan 10% bercerai. Tugas gereja adalah menolong yang 80%: api dalam sekam (di permukaan seperti tidak ada masalah tapi di dalam ada “api yang menyala” = masalah besar), supaya persentasenya naik menjadi bahagia dan jangan sampai turun menjadi bercerai. 

  1. Tanpa kekerasan

Kekerasan sampai pada bicara kasar kepada pasangan. Orang yang paling bahaya adalah mereka yang paling hafal ayat, tapi tidak pernah melakukannya. Kita harus membangun rumah kita lebih kuat dari yang lain. Dalam rumah tidak boleh ada kekerasan.

  1. Tanpa pengkhianatan

Pernikahan tidak boleh main-main, keduanya harus setia dengan janji nikah. 

Jika ketiga perjanjian tersebut diaplikasikan dalam suatu keluarga, maka keluarga itu akan menjadi keluarga yang sehat. Keluarga yang sehat akan melahirkan pelayanan yang sehat. Keluarga yang sehat juga akan melahirkan bisnis yang sehat. Jadi keluarga yang sehat bagaikan pijakan yang kuat. Apa saja yang dibangun di atasnya pasti kuat dan sehat.

Empat tanda keluarga sehat:

  1. Bisa dinikmati & rindu pulang

Suami istri bisa menikmati dan tidak ada yang merasa tertekan. Kenikmatan rumah tangga bukanlah karena rumah besar, bukan karena mobil bagus, bukan juga karena pelakunya adalah seorang pendeta. Sebuah ayat jangan digunakan untuk menembak pasangan, gunakan ayat untuk diri sendiri maka sorga akan masuk ke dalam rumah anda. Tugas suami adalah mengasihi istri, dan tugas istri adalah tunduk kepada suami.  Buatlah rumah kita senyaman mungkin bagi pasangan dan anak-anak.

  1. Memiliki komunikasi sampai pada tingkatan ngobrol yang tidak penting

Jika yang dibicarakan semua yang penting-penting saja, itu bukanlah rumah tangga. Suasana rumah tangga harus cair, ada bercanda dan jangan tegang terus. Konflik rumah tangga salah satunya adalah sering disebabkan oleh komunikasi yang kurang tepat.

  1. Saling terbuka dan tidak ada yang disembunyikan

Rahasia keluarga bahagia adalah keluarga yang tanpa rahasia. Semakin banyak rahasia semakin banyak masalah, semakin banyak rahasia akan semakin rapuh, semakin banyak rahasia akan semakin rawan. Keluarga seharusnya tidak ada rahasia.

  1. Saling membangun dan bukan saling meruntuhkan

Suami punya  kelebihan tapi juga punya kekurangan. Istri punya kelebihan tapi juga punya kekurangan. Kelebihan suami hendaknya digunakan untuk membangun kekurangan istri. Dan sebaliknya kelebihan istri digunakan untuk menolong kekurangan suami.

Suami istri harus memegang ikatan janji nikah bersama, tidak boleh dilepas oleh siapapun dan digagalkan oleh apapun. Suami harus berani melihat istri seperti Tuhan melihat wanita, menerima apa adanya dan tanpa syarat. Istri juga harus berani melihat suami apa adanya dan tanpa syarat lagi. Ketika sudah menikah, beranilah membuka mata lebar-lebar, lihat pasanganmu dan berani menerima dia apa adanya.

Selain suami-istri, dalam area perjanjian terdapat juga anak-anak. Seorang bapak harus hadir untuk memberi identitas kepada anak. Seorang ibu harus hadir untuk memberi sentuhan kepada anak. Anak yang mendapat keduanya pasti akan mengalami pertumbuhan yang kuat. Anak harus diurus berdua. Orang tua dari suami istri tidak boleh ada dalam area perjanjian. Mereka berada di luar area perjanjian dan harus bersikap netral (tidak menjatuhkan tapi menguatkan).

Jika keluarga kuat, maka pelayanan pasti kuat. Jika anda berangkat melayani dari rumah yang bahagia, maka pelayanan anda akan mengimpartasikan kebahagiaan. Jika anda berangkat kerja dari rumah yang bahagia, hasil kerja anda pasti bagus. Orang yang hatinya bahagia kerjanya pasti benar. Dan sebagai orang benar seharusnya kita tidak boleh defisit kebahagiaan, kita harus bahagia! Tuhan memberkati. (KS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *