The Greatest Sacrifice
Pdt. Simon Kostoro – Sabtu, 11 April 2020
Kisah Abraham yang mempersembahkan Ishak adalah gambaran dari apa yang Allah Bapa akan lakukan yakni mengorbankan AnakNya yang tunggal di Golgota. Ini suatu pengorbanan yang tiada taranya.
Ada tiga pertanyaan yang perlu kita renungkan
- Adakah orang yang pernah berkorban dalam kehidupan kita ?
- Siapa di antara mereka yang paling besar pengorbanannya ?
- Dapatkah kita menyebutkan satu kata untuk menggambarkan sebuah pengorbanan ?
Dalam kesempatan ini kita mau merenungkan tiga kata yang berkaitan erat dengan pengorbanan:
- Sakit (Pain)
Pengorbanan tidak bisa dipisahkan dari kata sakit (baik sakit secara tubuh maupun jiwa). Jika tidak sakit mungkin itu belum pengorbanan meskipun kita telah melakukan sesuatu. Memberi yang sungguh ialah give but give until hurts – Mother Teresa. Tidak ada pengorbanan tanpa rasa sakit. Sebab itu jangan kita sombong karena merasa sudah memberi tetapi coba kita renungkan, ada tidak rasa sakit waktu kita memberi ? Dan ingat, kita ada saat ini karena ada orang-orang yang sudah berkorban buat kita. Without pain without sacrifice we would have nothing.
2. Kasih (Love)
Kata kasih pertama kali muncul di Alkitab dalam kisah Abraham yang mengorbankan Ishak (Kej. 22:1-2). Kata Kasih dalam perjanjian Lama ditulis 4 huruf AHBH (ahaba/ahava).
A – Aleph (father) – orang yang utama → BAPA
B – Beth (son) – orang kedua → ANAK
H – Hei (Giving/Give) – huruf kelima (angka 5 – angka kasih karunia)
Dengan lain kata, arti dari “kasih” adalah “Father give, Son (also) give”. Inilah lambang dari apa yang Allah perbuat kepada manusia . Allah memberikan AnakNya yang tunggal (Yoh.3:16), dan Anak memberikan nyawaNya (I Yoh 3:16).
Ketika Abraham diperintahkan Allah untuk mengorbankan Ishak di Gunung Moria, alkitab mencatat keesokan harinya Abraham pergi. Tentulah terjadi pergumulan sepanjang malam dan rasa sakit yang luar biasa karena satu-satunya anak yang sulit didapat harus dibunuh dengan tangannya sendiri. Ishak tidak mengadakan perlawanan, ia taat dan mau menyerahkan nyawanya, gambaran Kristus yang datang ke dunia untuk mati, menyerahkan nyawaNya bagi kita disalib.
3. Taat (Obey)
Dalam Perjanjian Lama, kata “taat” itu identik dengan kata “dengar” (Ibr : shema – Ul. 6:4-5). Bagi Tuhan mendengar dan taat itu satu, orang yang sungguh-sungguh mendengar pasti melakukan. Yesaya menegor bangsa Israel karena mereka mendengar tetapi tidak melakukan apa yang diperintahkan Tuhan.
Dalam peraturan Torat (Kel. 21:5-6) bila seorang hamba telah bekerja pada tuannya selama 6 tahun maka pada tahun ke-7 ia berhak untuk dilepaskan. Tetapi apabila hamba tersebut mengasihi tuannya dan tidak mau keluar dari tempat itu, maka ia harus datang pada tuannya dan hamba itu akan dibawa ke pintu dan telinganya akan ditindis hingga berlubang sebagai tanda ia menjadi hamba seumur hidup pada tuannya. Inilah hamba kasih. Maz. 40:7-9 adalah nubuatan Daud tentang Mesias. Bapa tidak menuntut korban tetapi telinga yang ditindas (You have pierced my ear) – tanda ketaatan. Yesus adalah hamba kasih dari BapaNya, Ia datang berkorban bukan karena terpaksa tetapi karena mengasihi Bapa dan mengasihi kita.
Mari kita melayani bukan sekedar kewajiban atau kesenangan tetapi karena kita mengasihi Dia. Baharuilah komitmen kita, layani Tuhan karena kasih, karena Ia adalah Bapa yang baik. Tuhan Yesus memberkati. (LL)
Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa! – Flp 2:5-11